Referensi pihak ketiga
"Pas saya keluar bandara, langsung dikasih pak Edi duit, tebal (sembari merenggangkan jempol dan telunjuknya). Teringat saya, rupanya duit mak dulu yang dimasukkannya ke amplop yang tipis itu. Setiap kotak itu, duit, duit, duit. Itulah yang dia bagi. Itu duit dia sendiri, entah dia tahan selera makan dia, atau duit sawitnya yang dibagi-bagi. Dia tak pernah minta duit. Hari ini, Allah perlihatkan balasannya." "Kalau kenduri (mengundang orang untuk makan-makan) di Silau Laut, mak saya selalu masak rendang sendiri di Pekanbaru. Tak pernah pesan di katering." "Kenapa mak buat rendang jauh-jauh di Pekanbaru, tidak di Asahan saja?" Tanya ku. Jawab mak saya, "Aku tak tau yang memasak ghondang (rendang) itu mencucinya dalam keadaan berwudhu' atau tidak." "Ternyata mak saya itu kalau memasak, juga selalu mencuci beras, ikan dan daging, di akhirnya selalu disirami dengan air Sholawat.
Baju pun dicucinya dengan air Sholawat." "Patutlah berkah hidup ini, makanya, yang bertuah/ berkah/ keramat itu bukan saya, tapi mak" ucap Ustadz Abdul Somad yang terlihat berkaca-kaca matanya menahan tangis. Lanjut beliau, "Mak saya sangat perhatian dalam pendidikan anaknya. Waktu kecil, mak selalu menghantarkanku ke guru-guru ngaji dengan rotan yang sudah dibelah empat." "Ini aku serahkan anakku, Abdul Somad, ini rotan. Tolong ajari anakku. Kalau jahat Somad ni nanti, pukullah cu" (panggilan untuk yang lebih kecil) "Pukullah cu." Ujar mak saya. "Begitulah mak saya, selalu menyerahkan aku ke guru-guru untuk belajar mengaji sejak kecil. Dan tak pernah lupa mengontrol pendidikan anaknya." Setelah itu, beliau mengungkap tentang ibadah maknya. "Mak saya tu, kuat ibadahnya.
Saya tak sanggup. Ba'da maghrib ke isya, dia duduk di sajadah. Jam 9 dia tidur. Jam 2 bangun untuk sholat tahajjud dan dzikir. Buku wiridnya tebal. Sesudah itu, dia mandi sebelum shubuh. Setiap senin kamis puasa. Makanya pas dia wafat, dalam keadaan puasa sesudah sahur." Suatu hari, Ustadz Abdul Somad pernah menguping percakapan antara maknya dan sahabatnya, uwak iti. "Apa yang kamu do'akan terhadap anakmu?" tanya uwak Iti. "Dulu.! waktu dia itu di Mesir, di Maroko, setiap malam ku bacakan anakku itu, 100 kali Al-Fatihah. Tiap malam." Jawab mak saya kepada sahabatnya tadi. "Mak tak pernah cerita itu ke saya. Patutlah saya di Mesir, tak pernah sakit, tak pernah domom (demam), di Maroko pun sehat wal 'afiyat. Tapi sekarang saya mulai khawatir, karena mak sudah tiada.
Tidak ada lagi do'a mustajab dari beliau." Ungkap beliau. Masya Allah... Kesholehan seorang ibu, kunci kesuksesan dunia akhirat bagi seorang anak. Do'a ibu adalah keberkahan hidup seorang anak. Patutlah engkau memiliki anak seperti gurunda Ustadz Abdul Somad Hafizhahullah. Teruntuk para ibu, Teruslah dekatkan dirimu kepada Allah. Ketuklah pintu Rabbmu di setiap penghujung malam dengan sholat dan munajatmu. Agar anakmu menjadi shaleh dan hidup anakmu dalam berkah dan Ridho Rabbmu. Tidakkah engkau ingin seperti Hj. Rohanah, yang mendapatkan do'a kaum Muslimin dari seluruh penjuru negeri? Teruntuk para anak... Teruslah cari ridho ibu dan ayahmu. Jangan berhenti berbuat kebaikan kepada mereka. Mintalah selalu do'a mereka. Khususnya do'a ibunda. Agar hidupmu penuh berkah dan Ridho Rabbmu. Sehingga kebahagiaan selalu menyertai langkahmu. Tidakkah engkau ingin ibumu mendapatkan kedudukan mulia di sisi Rabbmu? @UstadzAbdulSo @group shalawat @berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar