Langsung ke konten utama

Cerita Ustadz Somad Tentang Keseharian Almarhuma Ibundanya

Referensi pihak ketiga

Hijrahcom - Ketika malam takziyah, gurunda Ustadz Abdul Somad bercerita mengenang maknya. "Mak ku itu, gemar bersedekah, setiap melihat orang susah, pasti cerita ke kami untuk membantu orang tersebut. Tapi dia tak pernah minta ke aku." "Hanya cerita saja, kalau duitnya tak cukup untuk membantu. Aku paham, ujung-ujungnya pasti menambahkan sendiri untuk sedekahnya itu." Beliau juga bercerita, ketika sampai di bandara Medan waktu wafat maknya, dijemput oleh Pak Gubernur. Ungkapnya,
 "Pas saya keluar bandara, langsung dikasih pak Edi duit, tebal (sembari merenggangkan jempol dan telunjuknya). Teringat saya, rupanya duit mak dulu yang dimasukkannya ke amplop yang tipis itu. Setiap kotak itu, duit, duit, duit. Itulah yang dia bagi. Itu duit dia sendiri, entah dia tahan selera makan dia, atau duit sawitnya yang dibagi-bagi. Dia tak pernah minta duit. Hari ini, Allah perlihatkan balasannya." "Kalau kenduri (mengundang orang untuk makan-makan) di Silau Laut, mak saya selalu masak rendang sendiri di Pekanbaru. Tak pernah pesan di katering." "Kenapa mak buat rendang jauh-jauh di Pekanbaru, tidak di Asahan saja?" Tanya ku. Jawab mak saya, "Aku tak tau yang memasak ghondang (rendang) itu mencucinya dalam keadaan berwudhu' atau tidak." "Ternyata mak saya itu kalau memasak, juga selalu mencuci beras, ikan dan daging, di akhirnya selalu disirami dengan air Sholawat.
Baju pun dicucinya dengan air Sholawat." "Patutlah berkah hidup ini, makanya, yang bertuah/ berkah/ keramat itu bukan saya, tapi mak" ucap Ustadz Abdul Somad yang terlihat berkaca-kaca matanya menahan tangis. Lanjut beliau, "Mak saya sangat perhatian dalam pendidikan anaknya. Waktu kecil, mak selalu menghantarkanku ke guru-guru ngaji dengan rotan yang sudah dibelah empat." "Ini aku serahkan anakku, Abdul Somad, ini rotan. Tolong ajari anakku. Kalau jahat Somad ni nanti, pukullah cu" (panggilan untuk yang lebih kecil) "Pukullah cu." Ujar mak saya. "Begitulah mak saya, selalu menyerahkan aku ke guru-guru untuk belajar mengaji sejak kecil. Dan tak pernah lupa mengontrol pendidikan anaknya." Setelah itu, beliau mengungkap tentang ibadah maknya. "Mak saya tu, kuat ibadahnya.
Saya tak sanggup. Ba'da maghrib ke isya, dia duduk di sajadah. Jam 9 dia tidur. Jam 2 bangun untuk sholat tahajjud dan dzikir. Buku wiridnya tebal. Sesudah itu, dia mandi sebelum shubuh. Setiap senin kamis puasa. Makanya pas dia wafat, dalam keadaan puasa sesudah sahur." Suatu hari, Ustadz Abdul Somad pernah menguping percakapan antara maknya dan sahabatnya, uwak iti. "Apa yang kamu do'akan terhadap anakmu?" tanya uwak Iti. "Dulu.! waktu dia itu di Mesir, di Maroko, setiap malam ku bacakan anakku itu, 100 kali Al-Fatihah. Tiap malam." Jawab mak saya kepada sahabatnya tadi. "Mak tak pernah cerita itu ke saya. Patutlah saya di Mesir, tak pernah sakit, tak pernah domom (demam), di Maroko pun sehat wal 'afiyat. Tapi sekarang saya mulai khawatir, karena mak sudah tiada.
 Tidak ada lagi do'a mustajab dari beliau." Ungkap beliau. Masya Allah... Kesholehan seorang ibu, kunci kesuksesan dunia akhirat bagi seorang anak. Do'a ibu adalah keberkahan hidup seorang anak. Patutlah engkau memiliki anak seperti gurunda Ustadz Abdul Somad Hafizhahullah. Teruntuk para ibu, Teruslah dekatkan dirimu kepada Allah. Ketuklah pintu Rabbmu di setiap penghujung malam dengan sholat dan munajatmu. Agar anakmu menjadi shaleh dan hidup anakmu dalam berkah dan Ridho Rabbmu. Tidakkah engkau ingin seperti Hj. Rohanah, yang mendapatkan do'a kaum Muslimin dari seluruh penjuru negeri? Teruntuk para anak... Teruslah cari ridho ibu dan ayahmu. Jangan berhenti berbuat kebaikan kepada mereka. Mintalah selalu do'a mereka. Khususnya do'a ibunda. Agar hidupmu penuh berkah dan Ridho Rabbmu. Sehingga kebahagiaan selalu menyertai langkahmu. Tidakkah engkau ingin ibumu mendapatkan kedudukan mulia di sisi Rabbmu? @UstadzAbdulSo @group shalawat @berbagai sumber

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IJAZAH AL HABIB MUNZIR BIN FUAD AL MUSAWA, Dzikir dan Shalawat

Hijrahcom - Wali Allah, Habib Munzir Bin Fuad Al Musawa dalam sebuah kesempatan menganjurkan untuk selalu membaca dzikir Yaa Lathif dan membaca sultanuddzikir (raja semua zikir yaitu Allah beberapun jumlahnya dan kapanpun. Khusus dzikir ya Allah dibaca 200x sebelum subuh jika mampu, jika tidak maka bacalah setiap harinya diwaktu sesempatnya. Selain itu, banyak-banyak bershalawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Dalam satu hari, beliau selalu mendawamkan shalawat sebanyak 5000 kali. Beliau pernah mengatakan, "Saudaraku yg kumuliakan, saya membaca shalawat : Allahummah shalli ala sayyidina muhammad wa alihi wa shahbihi wasallim 5000x Setiap harinya, waktu saya sangat sibuk, sudah saya program setiap saya naik mobil dari rumah kemarkas majelis selepas dzikir subuh, mesti mencapai 2000x, lalu tasbih tidak saya bawa, saya tinggal di mobil, karena tugas dan kesibukan penuh, dan kalau saya berangkat ke majelis malam saya bawa lagi dan teruskan shalawat, ia mesti selesai 3000x dal...

Obatilah Penyakit Anda dengan Sedekah

Foto pihak ketiga Hijrahcom - S emua tentunya percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tentunya atas kuasa-Nya. Allah yang telah menciptakan segala sesuatunya itu menjadi sempurna. Allah mampu melakukan apa pun sesuai kehendaknya. Setidaknya terdapat dua keniscayaan mutlak milik Allah Swt, yang sebenarnya tidak akan mampu dipungkiri oleh semua makhluk. Manusia pun begitu lemah untuk ‘menggugat’ keniscayaan itu. Hanya orang-orang yang lemah imannya, yang tidak memahami masalah ini. Pertama, bahwa Allah Swt telah menurunkan penyakit, dan Dia bersama itu juga menurunkan obatnya. Allah hanya akan memberikan kesembuhan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Allah juga akan meletakkan obat sebagai sarana kesembuhan seseorang di mana saja yang Dia kehendaki. Bisa jadi Allah menyimpan obat itu dalam pil-pil kimiawi atau obat-obatan tradisional. Dan tak dapat dipungkiri juga bila Allah menyimpan obat tersebut dalam amalan iba...

CERITA RAKYAT, KISAH 4 KESULTANAN MOLOKU KIERAHA

Hijrahcom  - Alkisah, pada zaman dahulu kala, di daerah Maluku Utara, ada seorang pemuda tampan bernama Jafar Sidik. Tak seorang pun warga negara yang tahu asal-usul keluarga. Ia tinggal sendirian di sebuah rumah kecil di Desa Salero Ternate. Untuk memenuhi kebutuhan yang terlewati, Jafar Sidik mencari kayu bakar di hutan dan menjualnya ke pasar. Di tengah hutan tempat ia biasanya mencari kayu bakar ada telaga yang berair jernih, sejuk, dan dibahas oleh pepohonan yang rindang. Setiap orang yang berada di tempat itu akan merasa nyaman dan tenteram. Itulah mengapa telaga itu disebut dengan Telaga Air Sentosa. Saat sakit, sepulang mencari kayu bakar, Jafar Sidik duduk-duduk di tepi telaga itu untuk melepaskan lelah. Sore itu, cuaca tampak cerah. Ia duduk di atas batu besar sambil merendam dalam telaga udara. Pemandangannya menerawang ke langit yang berwarna jingga. Pada saat berfikir, tiba-tiba pandangannya tertuju pada setitik cahaya berwarna-warni. Semakin lama cahaya semakin ...