Langsung ke konten utama

Atika binti Zaid bin Amar, Wanita Hebat bersuamikan empat Mujahid



ISLAMICOM -  Suatu ketika ada seorang wanita bernama Atika binti Zaid bin Amar bin Nufail. Wanita tersebut merupakan keturunan dari salah satu kabilah Quraisy yang baik nasabnya. Wanita ini memiliki perangai yang lembut, paras yang cantik, berakhlak mulia dan bersih hatinya. Semasa hidupnya, beliau menikah dengan pria-pria yang terbaik di jaman tersebut dan keempatnya mati syahid. Bagaimana ceritanya?

Suami pertama adalah Abdullah bin Abu Bakr Ash Shidiq.
Pernikahan pertama beliau adalah dengan Abdullah, putra dari Abu Bakr Ash Shidiq. Siapa yang tidak kenal dengan Abu Bakr dan keluarganya? Mereka adalah orang-orang yang terdepan dalam jihad dan membela Rasulullah pada masa Jahiliyah. Bahkan mereka menginfaqkan hampir seluruh hartanya di jalan Allah dan untuk membela RasulNya. Namun karena kecantikan Atikah dan kepandaiannya dalam berinteraksi, Abdullah lalai dalam shalat berjama’ah. Pasangan ini asyik bercanda dari sebelum adzan hingga shalat selesai ditunaikan. Maka sang ayah memanggil anaknya dan mengatakan padanya untuk menceraikan Atikah.

Setelah bercerai dengan Atikah, Abdullah jatuh sakit. Maka Abu Bakr pun mengijinkan sang anak untuk rujuk dengan Atikah, namun dengan satu syarat, yakni jangan sampai cintanya kepada Atikah mengalahkan cintanya kepada Allah dan RasulNya. Waktu pun terus berjalan, kedua sejoli ini saling mencintai karena Allah. Hingga akhirnya Abdullah gugur sebagai syuhada di perang Thaif. Atikah pun menjanda, janda seorang Syuhada.

Suami kedua adalah Umar bin Khattab
Setelah selesai masa ‘iddah beliau, Atikah yang sangat sholeh ini dipersunting oleh Amirul Mukminin kedua, yakni Umar bin Khattab. Keduanya menjalin kasih yang amat mesra karena Allah. Atikah pun secara penuh mengabdi kepada suaminya yang baru. Cinta dan kasih sayangnya kepada Umar bin Khattab bahkan bisa dirasakan oleh masyarakat sekitarnya. Namun hal ini akhirnya sirna tatkala Umar ditikam oleh seorang yang bejat. Maka untuk kedua kalinya Atikah menjadi janda Syuhada.


Suami ketiga adalah Zubair bin Awwam.
Zubair bin Awwam adalah seorang sahabat nabi yang sangat tidak diragukan lagi perannya dan kesolehannya. Komitmennya dalam dakwah dan jihad sangat besar. Tak berselang lama selewat masa ‘iddah, Atikah dipersunting oleh Zubair bin Awwam. Sekali lagi, Atikah menunjukkan bahwa dirinya adalah wanita yang baik dan istri yang sholihah. Namun seiring waktu, akhirnya keadaan tersebut berakhir dengan meninggalnya Zubair bin Awwam di medan perang Jamal. Maka untuk ketiga kalinya Atikah menjadi janda Syuhada.

Suami keempat adalah Husein bin Ali bin Abi Thalib.
Pada masa itu ‘Ali bin Abi Thalib hendak mempersunting Atikah. Namun Ali mengurungkan niatnya tersebut karena Atikah mengajukan syarat yang tidak mungkin dipenuhi oleh beliau, yakni supaya siapapun suaminya nanti tidak akan terjun ke dalam kancang jihad bil qital. Oleh karena itu akhirnya Husein bin Ali yang menyunting janda Syuhada tersebut. Meskipun kala itu Atikah sudah berusia kepala lima dan terpaut cukup jauh dengan Husein, namun keduanya tetap saling mengasihi dan senantiasa harmonis. Mereka saling mencintai karena Allah. Namun takdir Allah tidak dapat ditolah, Husein bin Ali juga meninggal syahid di Karbala, Iraq. Maka untuk keempat kalinya, Atikah menjadi janda Syuhada hingga akhirnya meninggal pada tahun 40 H.

Hal ini membuktikan bahwa benar ketentuan Allah yang menyatakan bahwa hanya orang baik saja yang dipasangkan dengan orang baik. Semoga kita dapat mengambil hikmahnya. (***)

Dilansir dari berbagai sumber

referensi : http://hidayahseeker.multiply.com/journal/item/216/Atikah_Binti_Zaid_Muslimah_Shalihah_dengan_Suami_Para_Syahid

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IJAZAH AL HABIB MUNZIR BIN FUAD AL MUSAWA, Dzikir dan Shalawat

Hijrahcom - Wali Allah, Habib Munzir Bin Fuad Al Musawa dalam sebuah kesempatan menganjurkan untuk selalu membaca dzikir Yaa Lathif dan membaca sultanuddzikir (raja semua zikir yaitu Allah beberapun jumlahnya dan kapanpun. Khusus dzikir ya Allah dibaca 200x sebelum subuh jika mampu, jika tidak maka bacalah setiap harinya diwaktu sesempatnya. Selain itu, banyak-banyak bershalawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Dalam satu hari, beliau selalu mendawamkan shalawat sebanyak 5000 kali. Beliau pernah mengatakan, "Saudaraku yg kumuliakan, saya membaca shalawat : Allahummah shalli ala sayyidina muhammad wa alihi wa shahbihi wasallim 5000x Setiap harinya, waktu saya sangat sibuk, sudah saya program setiap saya naik mobil dari rumah kemarkas majelis selepas dzikir subuh, mesti mencapai 2000x, lalu tasbih tidak saya bawa, saya tinggal di mobil, karena tugas dan kesibukan penuh, dan kalau saya berangkat ke majelis malam saya bawa lagi dan teruskan shalawat, ia mesti selesai 3000x dal...

Obatilah Penyakit Anda dengan Sedekah

Foto pihak ketiga Hijrahcom - S emua tentunya percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tentunya atas kuasa-Nya. Allah yang telah menciptakan segala sesuatunya itu menjadi sempurna. Allah mampu melakukan apa pun sesuai kehendaknya. Setidaknya terdapat dua keniscayaan mutlak milik Allah Swt, yang sebenarnya tidak akan mampu dipungkiri oleh semua makhluk. Manusia pun begitu lemah untuk ‘menggugat’ keniscayaan itu. Hanya orang-orang yang lemah imannya, yang tidak memahami masalah ini. Pertama, bahwa Allah Swt telah menurunkan penyakit, dan Dia bersama itu juga menurunkan obatnya. Allah hanya akan memberikan kesembuhan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Allah juga akan meletakkan obat sebagai sarana kesembuhan seseorang di mana saja yang Dia kehendaki. Bisa jadi Allah menyimpan obat itu dalam pil-pil kimiawi atau obat-obatan tradisional. Dan tak dapat dipungkiri juga bila Allah menyimpan obat tersebut dalam amalan iba...

CERITA RAKYAT, KISAH 4 KESULTANAN MOLOKU KIERAHA

Hijrahcom  - Alkisah, pada zaman dahulu kala, di daerah Maluku Utara, ada seorang pemuda tampan bernama Jafar Sidik. Tak seorang pun warga negara yang tahu asal-usul keluarga. Ia tinggal sendirian di sebuah rumah kecil di Desa Salero Ternate. Untuk memenuhi kebutuhan yang terlewati, Jafar Sidik mencari kayu bakar di hutan dan menjualnya ke pasar. Di tengah hutan tempat ia biasanya mencari kayu bakar ada telaga yang berair jernih, sejuk, dan dibahas oleh pepohonan yang rindang. Setiap orang yang berada di tempat itu akan merasa nyaman dan tenteram. Itulah mengapa telaga itu disebut dengan Telaga Air Sentosa. Saat sakit, sepulang mencari kayu bakar, Jafar Sidik duduk-duduk di tepi telaga itu untuk melepaskan lelah. Sore itu, cuaca tampak cerah. Ia duduk di atas batu besar sambil merendam dalam telaga udara. Pemandangannya menerawang ke langit yang berwarna jingga. Pada saat berfikir, tiba-tiba pandangannya tertuju pada setitik cahaya berwarna-warni. Semakin lama cahaya semakin ...